Ketidakadilan Dunia

Peristiwa ini terjadi kemarin, sekitar pukul 5 sore. Saya keluar dari kantor, naik metromini 49 dari arah Manggarai menuju Kampus UI Salemba. Di perjalanan, di jalan Diponegoro, tepatnya di persimpangan depan bioskop Megaria, saya melihat seorang ibu menggendong bayinya sambil telapak tangan terbuka menadah berharap kepada para sopir mobil-mobil pribadi yang sibuk memperhatikan jalanan yang sedang tersendat karena kemacetan. Saya perhatikan secara mendalam dari dalam kendaraan umum yang melaju dengan lambat ini. Tenggorokan saya tecekat, mata saya tiba-tiba terasa panas. Pikiran saya lari kemana-mana. Perasaan saya kacau. Sungguh, saya merasakan sesuatu yang sangat dalam. Di gendongan seorang ibu itu, saya melihat bayi yang matanya masih sipit, kulitnya masih agak merah meskipun cenderung gelap (mungkin karena terpaan matahari), serta bayi itu tidak nampak bergerak-gerak, seolah tidak ada tanda-tanda kehidupan. Saya mengira-ngira, bayi mungil itu mungkin baru berusia 2 atau 3 bulan.

Saya lalu berpikir, saya akan menelepon Departemen Sosial, polisi atau layanan sosial masyarakat lainnya. Supaya perempuan dan bayinya itu ditangkap. Perempuan itu salah karena telah membahayakan bayinya di tempat penuh kepadatan lalu lintas dan juga membuat bayinya tidak bisa menolak untuk menghirup polusi kendaraan bermotor yang semakin berat. Lalu saya berpikir kembali: Tidak mungkin terjadi. Negeri ini bukanlah negara Finlandia atau negara-negara demokrasi sosial yang pernah berhasil menunjukkan betapa dahsyatnya tanggung jawab sosial pemerintah atas kondisi rakyatnya. Saya harus pasrah menerima kenyataan bahwa saya lahir, hidup dan tinggal di Indonesia.

Perempuan itu tidak bisa disalahkan. Ia melakukannya, belum tentu karena ia malas bekerja yang lain. Jangan-jangan karena memang tidak ada pilihan lain. Hidup adalah perjuangan. Namun selamanya tetap tidak bisa dipastikan apakah akan ada kejelasan ujung perjalanan. Yang jelas, hidup di Jakarta yang keras, ketidakjelasan itulah yang semakin lama semakin jelas. Kecuali, kalau kita tega untuk--seperti kata Thomas Hobbes--menjadi homo homini lupus. Manusia yang menjadi srigala bagi manusia lainnya.

Ketidakadilan di sini telah terstruktur dengan tegas yang menyebkan kesejahteraan bersama teramat sulit untuk diwujudkan. Warga negara berkompetisi mendapatkan fasilitas yang harus didapat dengan bersimbah air mata bahkan darah. Nyaris tidak terdapat pemerataan kesempatan bagi setiap orang untuk menuju kehidupan yang lebih layak. Yang berduit, apalagi ditambah dengan berpendidikan yang tinggi, akan menjadi modal yang cukup untuk menjaga kualitas hidup layak itu. Namun itu hanya dimiliki oleh segelintir orang dari 225 juta jiwa penduduk Indonesia. Selebihnya, hanya nasib baik yang menghampiri secara tiba-tiba membuat mereka mampu untuk berkompetisi di babak selanjutnya. Untuk menuju puncak, mungkin tidak sampai satu persen dari mereka yang mendapat kesempatan berkompetisi secara tidak terduga itu.

Saya merasa bersalah. Sangat mungkin saya telah memiliki andil melestarikan ketidakadilan ini. Saya membuat KTP sekitar lebih dari 2 tahun lalu. Saya datangi kantor kepala desa. Saya serahkan surat keterangan pindah domisili ke Bogor dari sebelumnya tercatat sebagai penduduk Kota Bengkulu. Saya ingin mengurus sendiri pembuatan KTP dan Kartu Keluarga itu sesuai dengan prosedur yang ada. Nyatanya saya harus menitipkan semua dokumen dan pengurusannya kepada petugas kantor kepala desa itu. Ia menyebutkan nominal uang yang harus saya bayar dan menjanjikan dalam beberapa hari semuanya selesai. Saya tidak berdaya sebab saya memang dipaksa untuk melakukannya. Kalau tidak mau, mereka ogah memedulikan saya. Saya memerlukan KTP dan Kartu keluarga sebab saat itu tinggal beberapa bulan menjelang kelahiran anak saya yang pertama. Kalau anak kami lahir, surat identitas orang tua dan kartu keluarga itu amat sangat dibutuhkan untuk mengurus akte kelahiran. Namun, cara pengurusan itu sangat keliru. Dengan membayar, berarti surat itu diurus dengan cepat. Kalaupun itu mengikuti antri, yang jelas pastilah menyerobot antrian dengan mengorbankan sekian orang yang sudah dengan susah payah mengantri namun tak mampu memberi lebih atau bahkan tidak mampu untuk membayar. Ada banyak orang menjadi korban tindakan saya.

Di jalanan, ketika lampu merah perempatan sedang menyala, pengendara tidak memedulikannya. Saat orang lain melakukannya, kita mengumpat, seolah diri suci tidak pernah melakukannya. Padahal, saat lampu merah di hadapan kita menyala, artinya lampu hijau pada sudut lain persimpangan itu menjadikan mereka di sana berhak memacu kendaraannya. Melanggar lampu merah adalah melanggar hak saudar-saudara kita yang juga membayar pajak untuk pembangunan jalan raya.

Saat membuat SIM, di kantor polisi sudah ada banyak calo dan bahkan polisi sendiri yang menghadang upaya kita untuk mengurus sendiri pembuatan SIM. Tapi mereka yang penegak hukum serta kurcacinya telah memaksa setiap orang untuk hanya menggunakan jasa mereka dalam mengurusnya. Akibatnya, mereka yang begitu jujur pada bangsanya dengan mengurus sendiri menjadi terhambat, dihambat, dibuat lambat pengurusannya. Bahkan saat mengikuti tes, dibuat gagal hasilnya sehingga mau tidak mau harus menggunakan kaki tangan "orang dalam" di kantor penegak kebenaran itu. Sampai sekarang saya tidak memiliki SIM meski memiliki satu sepeda motor keluaran lama. Tentu saja karena alasan yang kata orang "sok idealis".

Pernah satu ketika saya menghadapi operasi jalan raya oleh sekelompok polisi di Yogyakarta beberapa tahun lalu. Saya tidak bisa mengelak ketika diminta menunjukkan SIM. Saya katakan saya tidak punya, dan saya adalah seorang pengendara yang taat rambu-rambu dan peraturan lalu linta. Mana ada polisi yang mau menerima alasan saya. Yang mereka inginkan adalah saya bisa menunjukkan SIM dan STNK kendaraan yang saya pakai. Saya tanya pada polisi yang memeriksa saya, saya telah melanggar Undang Undan nomor berapa, pasal berapa serta apa sanksinya. Si polisi terdiam. Lalu ia meminta saya menanyakan pada temannya. Temannya tidak bisa menjawab. Lalu temannya ini mengajak saya menghadap komandannya. Ia laporkan pertanyaan saya. Si komandan terdiam sejenak, lalu menggiring saya ke ruangannya. Si komandan (saya lupa namanya), menatap saya dari kursinya, lalu membuka beberapa buku dan menunjukkan pasal-pasal yang saya langgar karena tidak memiliki SIM. "Apakah ada pertanyaan lagi?" katanya dengan tatapan penuh. Saya jawab "tidak". Lalu saya diserahkan kepada anak buahnya untuk diproses. Saya tidak mau bayar polisi. Saya minta slip pembayaran ke BRI, menyetor uang denda ke kas Negara, bukan ke kantong polisi-polisi itu.

Terlalu banyak jalur-jalur, prosedur-prosedur, hukum dan aturan yang harusnya memudahkan pemenuhan keadilan, namun nyatanya dilanggar. Belum lagi aturan, kebijakan, hukum, prosedur yang nyata-nyata jauh dari upaya mewujudkan keadilan, apalagi kesejahteraaan. Dua minggu terakhir, banyak pemberitaan di koran yang memuat keresahan masyarakat yang kehilangan minyak tanah karena kebijakan pemerintah yang memaksa warga menggunakan kompor gas dan meninggalkan minyak tanah. Pemerintah akan mencabut subsidi minyak tanah, meminta masyarakat menggunakan gas yang katanya disubsidi. Nalar saya mengatakan, kelak setelah orang sudah terbiasa menggunakan gas, subsidi gas itu pun akan dihapus. Lengkap sudah penderitaan kelas bawah (mungkin termasuk saya). Pemerintah telah mengabaikan nasib industri kecil yang membutuhkan minyak tanah sebagai bahan bakar. Sebut saja pembuat tempe, makanan kecil, atau pabrik kerupuk. Padahal, industri kecil semacam inilah yang justru ikut menyelamatkan perekonomian bangsa saat mengalami krisis. Kelak dengan semakin banyaknya biaya produksi industri ini, akan naik pulalah harga-harga barang kebutuhan. Sementara, pendapatan orang-orang kecil tidak ikut naik, lalu semakin jelaslah Pemerintahan yang tidak peduli pada rakyatnya ini.

Kembali ke ibu yang membawa bayinya. Sungguh saya pun bersalah. Saya tidak membawanya pulang, memberikan perawatan pada bayinya, lalu membantu penghidupan pula pada ibunya, ayahnya, saudara-saudaranya, saudara-saudara ayahnya, saudara-saudara ibunya, lalu entah siapa. Sedih, sebab masalah yang ada saling berkaitan, karena memang persoalan yang ada adalah persoalan yang sesungguhnya memang sistematis. Ini adalah pemiskinan. Yang menciptakan adalah kekuatan global yang ingin menguasai dunia, dan mengeruk keuntungan yang berlipat ganda dari usaha mereka menjajah dan merampas sumber-sumber ekonomi negara-negara dunia ketiga. Indonesia adalah salah satu negera yang menjadi korbannya. Pemerintahnya adalah wayang golek atau wayang kulit atau boneka. Dalangnya, adalah pemerintah Amerika atau IMF atau Bank Dunia. Dan si pembuat alur skenario sekaligus penguasa dunia baru adalah neolib-neolib itu. Kapitalis.

Saya sungguh bersedih. Ketidakberdayaan. Kesendirian. Kesepian. Ah... banyak orang yang berpikir seperti ini. Banyak yang berjuang untuk mewujudkan keadilan. Karena kemuliaan dan kerendahhatian, mereka menjadi tidak terlihat keberadaannya. Saya yakin, masih ada kekuatan untuk mewujudkannya. Keadilan itu pasti ada.

Read More......

Belajar Lewat Chatting

Zaman internet seperti sekarang, hampir semua pengguna internet tahu fasilitas ngobrol (chatting) online. Komunikasi dua arah. Sebut saja Yahoo Messenger, AIM, atau Skype yang umum dipakai oleh orang-orang di sekeliling saya. Fasilitas ini saya manfaatkan juga untuk belajar jarak jauh. Salah satu sumber belajar saya adalah mas Ferry. Mas Ferry ini adalah teman lama waktu kuliah dulu. Kami sama-sama menimba ilmu di Bulaksumur, menekuni kajian sosial-politik, namun belakangan terjebak mendalami teknologi komunikasi dan informasi (ICT). Mas Ferry adalah senior saya, baik di kampus maupun di organisasi. Bahkan dalam hal ICT, dia sudah jauh meninggalkan saya. Karena itulah, meski dia di Yogya, tetap saja ia adalah teman belajar yang banyak membantu. Yahoo Messenger adalah saluran komunikasi kami.

Beberapa hal yang masih harus saya dalami, saya tanyakan pada mas Ferry. Berikut adalah perbincangan kami hari ini:

(11:23:14) ferrybm: avaxhome.org
(11:23:19) Herman: ASsalaamkm
(11:23:22) ferrybm: http://avaxhome.org
(11:23:26) ferrybm: waalaikum salam
(11:23:41) Herman: kamu menulis ini?
(11:23:45) Herman: : http://avaxhome.org
(11:23:50) ferrybm: iyo
(11:23:54) Herman: ataukah virus yang menginterupsi
(11:24:01) ferrybm: banyak warez bagus
(11:24:03) ferrybm: bukan
(11:24:06) ferrybm: bukan virus
(11:24:09) ferrybm: klik aja
(11:24:11) ferrybm: aman kok
(11:24:59) Herman: kamu dah dipanggil k****s belum? AKu ga tahu proses rekruitmennya. Posisi2 lowong belum terisi juga.
(11:25:09) ferrybm: belum je
(11:25:32) ferrybm: mungkin masih mikir kali
(11:26:01) Herman: ya... berpikir positif aja. kita kan cuma berusaha.
(11:26:10) ferrybm: iya lah
(11:26:10) Herman: aku sih berharap kamu keterima, biar ada teman
(11:26:23) ferrybm: siip lah
(11:26:52) Herman: kabar LaBDa? Ngerjain apa lagi?
(11:27:10) ferrybm: inilagibikin faxsheet sama CD interaktif lagi
(11:27:27) ferrybm: sekarang kayaknya bakal lebihsimpel karena aku pake CMSimple
(11:27:33) ferrybm: cepet banget nggarap situs
(11:27:44) ferrybm: situsku itukukerjakan hanya dalam tempo 2 hari
(11:29:14) Herman: busyet...
(11:29:18) Herman: CMS nya apa?
(11:29:25) ferrybm: cmsimple
(11:29:35) Herman: free?
(11:29:49) ferrybm: lihat aja di www.pintusorga
(11:29:53) ferrybm: sik
(11:29:58) ferrybm: www.pintusorga.co.nr
(11:30:07) ferrybm: cmsimple itu free
(11:30:47) ferrybm: ngajari orang bodo aja pengalamanku cuma 2 jam
(11:31:17) Herman: :)) ga termasuk aku kan?
(11:31:30) ferrybm: kamuitu menurutku paling 3o menit udah bisa
(11:31:35) ferrybm: serius lho
(11:31:47) ferrybm: simpel banget
(11:31:56) ferrybm: apalagi kamuudah tau CSS sama php dikit
(11:32:11) ferrybm: yang bodo itu bukak internet aja gak patio dong
(11:32:29) Herman: :)
(11:35:40) Herman: itu title di feriawan. tdk kepanjangan? Mbok yang simpel. Kalau mau panjang lebar di taruh di meta tag bukan?
(11:35:48) Herman: sorry masih belajar nih?
(11:35:51) ferrybm: itu mau kuhapus
(11:36:06) ferrybm: soale gak menarik juga
(11:36:07) ferrybm: lama
(11:36:21) Herman: maksudnya domain itu mau dihapus?
(11:36:29) ferrybm: ho-oh
(11:41:21) Herman: headernya hanya kelihatan separoh
(11:41:58) ferrybm: masa sih?
(11:42:08) ferrybm: resolusi komputermu piro?
(11:42:53) Herman: 1024*768
(11:43:34) ferrybm: pantes
(11:43:49) ferrybm: kelemahane di resolusi segitu
(11:43:54) Herman: kenapa?
(11:45:45) ferrybm: eh..coba deh kamu fres
(11:45:57) ferrybm: di komputerku resolusinya juga segitu tapi oke
(11:46:10) ferrybm: separonya ke bawah atau ke samping?
(11:46:51) Herman: tetap separoh ke bawah ga terlihat. Dah kurefresh tetap aja. Aku pake firefox loh...
(11:47:34) ferrybm: oke, info bagus
(11:47:42) ferrybm: soalnya di komputer lain gak masalah
(11:48:22) Herman: fa tahu juga apakah bisa begini juga kalao pake safari. Coba aja melihat di berbagai browser. Kata temanku itu utk melihat hasil tampilan.
(11:49:02) ferrybm: aku juga pake firefox, opera dan safari (buatan apple itu)
(11:49:05) ferrybm: gak masalah je
(11:49:54) Herman: aneh kalo begitu. coba di kompi l ain. benar2 terpotong kok. Atau kau buat separoh begitu kotak bunganya?
(11:50:06) ferrybm: nggak !
(11:50:09) ferrybm: full
(11:50:55) Herman: nah itu masalahnya. ga muncul full
(11:51:13) ferrybm: aneh
(11:51:23) ferrybm: oke, thx anyway
(11:51:52) ferrybm: coba bagian gambar kamu klik kanan> view image
(11:52:40) Herman: tetap separoh
(11:53:16) ferrybm: wah
(11:53:23) ferrybm: memang gak jogo sama komputermu kali
(11:53:36) ferrybm: aseli, aku dah dapat email ttg situsku gak ada masalah
(11:53:42) Herman: mudah2an cuma sama komputerku mas
(11:53:57) ferrybm: iya ya
(11:54:08) ferrybm: ya itu tadi, gak jodo
(11:54:23) ferrybm: nggak tau mana yang eror, nanti kucoba detect lagi
(11:54:25) Herman: o:-)
(11:54:52) Herman: eh mas. mau tanya flash nih. sama sekali aku belum bisa dan belum sempat belajar.
(11:55:22) ferrybm: yoo
(11:55:51) Herman: itu hadist dan kutipan Quran kalo di beberapa web kan bisa dibuat bergerak ke atas. jadi kayakan kalo di TV ada berita yang bergerak di bawah layar. gimana bikinnya?
(11:56:16) ferrybm: itu nggak pakai flash
(11:56:19) ferrybm: tapi pakai script
(11:57:25) ferrybm: biasanya ada penyedia layanan gratis tampilan itu, tapi biasanya juga, yang support cuma dengan tag yanga ada di frontpage
(11:57:25) Herman: maskudnya?
(11:57:55) Herman: aku punya flash effect maker. bisakah pake itu?
(11:58:15) Herman: atau punya referensi utk donlot scriptnya?
(11:58:40) ferrybm: bisa aja sih, tapi kelemahannya kan input datanya terbatas
(11:58:50) ferrybm: itu kalo pakai flash effect maker
(11:59:34) ferrybm: sementara kalo nge-link ke penyedia layanan hadist, kan bisa secara random dan relatif nggak terbatas
(11:59:42) ferrybm: kalo referensi...
(12:00:46) Herman: minta linknya boleh? atau keyword?
(12:01:03) ferrybm: coba running text script
(12:04:35) ferrybm: kalo gak salah namanya marquee
(12:04:38) ferrybm: itu efeknya'
(12:04:58) Herman: baiklah. sedang proses
(12:06:05) Herman: nanya lagi. coba buka http://edittag.blogspot.com/ disebelah kanannya ada tag utk banner. kalo mau pasang tinggal ambil kodenya kan. Kalo aku mau bikin begituan, ada ruang naruh tag banner seperti itu, gimana caranya atau apa namanya?
(12:07:21) Herman: aku shalat dulu. nanti kita sambung ya...
(12:07:30) ferrybm: oke
(12:07:33) ferrybm: sama-sama
(12:34:33) ferrybm has gone away.
(12:34:33) ferrybm has become idle.
(12:45:50) ferrybm is no longer away.
(12:45:50) ferrybm is no longer idle.
(14:21:29) Herman: ini salah satu cara cari uang kreatif mas. Mas tidak kalah dalam hal ini. menarik ya. lihatlah http://katalogdigital.blogspot.com/
(14:21:46) ferrybm: hmm
(14:21:53) Herman: mereka mengiklankan diri di milis yang kau kasih tahu itu. ebook-maniak. dan milis lainnya.
(14:23:19) ferrybm: oh iya ya
(14:23:45) Herman: kembali ke laptop.
(14:24:08) Herman: ke pertanyaanku sebelumnya ttg banner edittag
(14:24:16) Herman: http://edittag.blogspot.com/
(14:24:19) ferrybm: ho oh
(14:24:55) Herman: masang linknya aku tahu. tapi bagaimana bisa menaruh kodenya dalam sebuah ruang yang ada scrool bar begitu di dalam sebuah blog/website
(14:25:40) ferrybm: syaratnya, blogmu support untuk dikasih kode tag atau tidak?
(14:25:46) ferrybm: wordpress kayaknya support
(14:26:50) ferrybm: jadi, tag itu sebenarnya hanyalah kode html yang nantinya bisa disisipkan ke source html situs/blogmu
(14:27:08) Herman: loh? edittag kan di blogspot. sama denganku
(14:27:31) ferrybm: lha iya
(14:27:50) Herman: nah, gimana caranya mas.
(14:28:04) ferrybm: eh sik.kamu paham gak
(14:28:06) ferrybm: ********
(14:28:12) ferrybm: itu kan isinya?
(14:28:27) ferrybm: mari kita terjemahkanke dalam bahasa manusia::
(14:28:53) Herman: he he he . kamu ambil dari page source-nya ya?
(14:29:13) ferrybm: ahref = tujuan (ketika di-kik logo/lambang ybs)
(14:29:27) Herman: cobalah beri penjelasan padaku ini. lagi nyambi kerjaan malah ga konsen aku
(14:29:42) Herman: betul. ia akan nyambung. aku faham
(14:29:45) ferrybm: target="blank" artinya: bukak internet/mozzila halaman baru
(14:30:05) Herman: tapi bagimana bikin kotaknya itu lo mas. biar tag yang ingin kubagi ke orang lain muncul kayak gitu
(14:30:15) ferrybm: img border=0 artinya: gambarnya nggak usah pakai border
(14:30:33) Herman: sip. terus...
(14:30:35) ferrybm: kotak yang mana sih?
(14:31:00) Herman: itu loh. kotaknya itu. ada scrool bar segala, tempat dimana tag ditaruh.
(14:31:35) ferrybm: ooh, lha itu kan gampang. kamu bisa buka fitur itu di macromedia dreamweaver
(14:31:46) ferrybm: atau kamu curi sourcode-nya
(14:34:36) Herman: eh benar lu mas. he he he. lagi mentok nih. berpikirnya ga berkembang.
(14:35:24) ferrybm: lha iya. coba blog itu disave
(14:35:31) ferrybm: lalu kamu buka pakai dreamweaver
(14:35:46) ferrybm: kemudian arsir bagian kotak itu dan liat di bagian tag htmlnya
(14:35:49) ferrybm: selesai
(14:35:51) ferrybm: tinggal ngerubah isinya
(14:35:57) Herman: betul sekali.
(14:35:59) ferrybm: diisi alamat blogmu
(14:37:38) ferrybm: coba, akukirim kan source-nya sama kamu
(14:37:53) ferrybm: wah, ternyata opsi send file tempatmu kok mati
(14:38:01) ferrybm: ?
(14:38:09) Herman: aku pake gaim mas.
(14:38:18) ferrybm: wooo
(14:38:25) Herman: kalau kamu pake skype, bisa kirim ke Hermankoe
(14:38:28) ferrybm: nah iki aku berhasil curi source-nya
(14:38:42) Herman: atau imelku heningjakarta@gmail.com
(14:38:50) ferrybm: oke
(14:39:23) Herman: aku juga suka curi2 source kalo belajar he he he... kamu lebih rajin ya.
(14:39:50) ferrybm: :-))
(14:41:28) ferrybm: lha terus kayak kita ini mau apa? kursus? susah karena mbayar
(14:42:51) Herman: temanku mbayar 4 juta. ujung-ujungnya aku pinjam materi yang ia punya. ternyata sama dengan yang di http://www.w3schools.com/
(14:43:34) Herman: ketiadaan dukungan ekonomi bisa digantikan dengan keberadaan fasilitas belajar mandiri ya
(14:44:04) Herman: itulah yang kusukai dari kantorku ini. mau internet 24 jam juga bisa.
(14:44:16) ferrybm: sama
(14:44:43) ferrybm: lucu kalo di jaman internet ini kita menggantungkan sekolah/kursus konvensional
(14:45:10) Herman: betul. kursus juga kalau jarang dipake ga berguna.
(14:45:29) ferrybm: ya tapi menang sertifikat :-P
(14:45:53) Herman: hanya saja bagiku, mungkin org2 di Jkt, waktu itu yang jadi kendala. kalo kursus terpaksa datang karena mbayar mahal
(14:46:05) Herman: dan sertifikat bisa punya nilai jual lebih ya
(14:46:19) ferrybm: itulah
(14:46:42) ferrybm: padahal aku bisa bikin kursus dan sertifikat
(14:46:56) Herman: :))
(14:47:09) Herman: itu kayak yg punya Primagama ya
(14:47:14) ferrybm: suruh aja orangnya bukak situs e-learning dan ngedonlot template sertifikat
(14:47:22) ferrybm: :-)
(14:47:41) ferrybm: ya memang jaman itu aneh
(14:47:58) ferrybm: atau aku yang dibilang aneh oleh jaman
(14:48:05) ferrybm: ?
(14:48:28) Herman: kita mau dikendalikan zaman atau kita yang kokoh melawan kehendak zaman?
(14:49:09) ferrybm: embuh, aku dewe ya rada bingung..kemarin aku disuruh ngetik oleh guru di SD kampungku..
(14:49:15) ferrybm: masalah dana BOSS
(14:49:15) ferrybm: BOS
(14:49:37) ferrybm: ngetik form untuk kemudian dikasihkan ke Pusat untuk nurunin dana
(14:49:58) ferrybm: padahal kalau saja dari pusat ngasih disket form, beres dan murah
(14:50:08) ferrybm: rentalnya aja udah habis Rp 25 ribu
(14:50:18) ferrybm: nah belum lain-lain,
(14:50:33) ferrybm: ujung-ujungnya motong yang sampai ke murid miskin
(14:50:34) Herman: oalahhh... memang begitulah cara Pemerintah ngurusin rakyatnya. Rumit...
(14:50:37) ferrybm: aneh....
(14:53:16) Herman: Enak di kampung mas. Udara segar... pikiran tenang. ga banyak keinginan. Aku sekarang aja udah banyak keinginan: nyekolahin anak, beli rumah, punya usaha ekonomi sendiri, pokoknya Jkt banget deh.
(14:53:54) Herman: Alhamdulillah ga ngoyo kalo kata orang Jawa. Apa yang ada disyukuri. yang ga dapat ga sah terlalu dipikiri
(14:54:30) Herman: Mudah2an 5 tahun lagi dah hidup di daerah. Istri sih minta ke Magelang. gimana di Magelang menurutmu?
(14:54:42) ferrybm: wah , bagus
(14:54:56) ferrybm: dekat jogja
(14:55:06) Herman: dan dekat Semarang juga ya
(14:55:17) ferrybm: betul
(14:55:39) Herman: kalo mau usaha di kota, istirahatnya di kaki gunung apa itu aku kok lupa
(14:56:05) ferrybm: Tidar
(14:56:55) Herman: Yup. Gunung Tidar. Masih ada bau sawah dan kicau burung bernyanyi. Trilili lili lili lili...
(14:57:41) ferrybm: :-@
(14:58:57) Herman: dah kirim file sourcenya belum?
(14:59:40) ferrybm: udah
(14:59:46) ferrybm: dari tadi
(14:59:56) Herman: terima kasih ya.
(15:00:33) Herman: kamu tahu gak, temanku bikin CD interaktif belajar photoshop. ia iklankan di PC Plus dan beberapa media lokal.
(15:01:07) Herman: Sekarang, ada anak dari Palembang dikirim bosnya utk belajar di rumah temanku ini. Bayang pun ke Cibubur utk belajar. Temanku ya terima aja di rumahnya.
(15:01:50) Herman: Pernah ada yang telepon dari Papua, mau belajar. Akhirnya beli CD interaktif itu. Bukan main ya orang2 itu kalau mau belajar.
(15:02:20) ferrybm: waaaahhh
(15:02:40) Herman: Tapi kan ga hanya bekerja keras, tapi juga bekerja cerdas. Begitupun belajar. nah kayaknya dirimu ni termasuk kategori terakhir, belajar cerdas.

Read More......

Kereta Api Kelas Ekonomi


Pernah naik kereta api kelas ekonomi? Dulu, saat masih mahasiswa di Yogyakarta, saya sering melakukannya. Perjalan dari Jogjakarta - Jakarta, Yogyakarta - Bandung atau sebaliknya. Selaku mahasiswa sebuah perguruan tinggi Yogya yang mahasiswanya terkenal kebanyakan dari kelas kere Indonesia, saya adalah salah satu pemakai setia kereta kelas Ekonomi. Kenyataannya, saya memang hanya mampu untuk berada di kelas itu, di luar segelintir penduduk Indonesia yang bisa menikmati kelas Eksekutif atau kelas Bisnis.

Meski sudah menyatakan kapok, akhir Juli lalu saya kembali naik kereta kelas ekonomi. Pergi ke Cilacap, saya tidak memiliki pilihan lain selain naik kereta kelas ini untuk kembali ke Jakarta. Posisi stasiun Kroya sudah di tengah-tengah jalur Pulau Jawa. Berbeda kalau saya naik dari Yogya atau Solo yang meski kereta kelas Ekonomi, namun besar kemungkinan tiket masih memiliki nomor kursi, sebab dari kota inilah kereta memulai keberangkatannya. Seperti kisah kedisiplinan Bangsa Indonesia, meski kursi telah penuh terisi, penjual tiket di stasiun tetap terus menjual tiket sebanyak mungkin. Tidak peduli bahwa setiap gerbong memiliki batas daya tampung sendiri.

Alhasil, di dalam gerbong kereta, saya bersama penumpang yang malang harus berdesak-desakan memanfaatkan "ruang" kosong lorong-lorong kereta. Dengan selembar koran, ada yang duduk atau tidur di sana atau celah kosong antar-gerbong, dan di depan kamar kecil yang pesingnya tak terkira. Bahkan, mereka yang betul-betul malang, dengan terpaksa harus tetap berdiri hingga stasiun bekasi dimana beberapa penumpang mulai ada yang turun.

Kondisi kereta kelas Ekonomi sudah seperti pasar. Duduk tanpa bisa berselonjor kaki, kami harus menerima kenyataan dilangkahi oleh penjual asongan di kereta. Jangan harap ada jeda yang cukup untuk tak dilangkahi pedagang kecil ini, nyaris tanpa ada kesempatan untuk beristirahat dari kaki-kaki yang melangkahi dan suara-suara menawarkan aneka jajanan Lanting, A**a, nasi bungkus, mi rebus, minuman jahe, bahkan oleh-oleh semacam blangkon dan kaos Dagadu (yang pastinya palsu). Uniknya, untuk menarik pembeli, para penjual ini menawarkan dengan suara-suara yang unik. Sebut saja penjual air minum dalam kemasan. Meski dengan merek yang berbeda, tetap saja mereka sebut A**a. Mereka teriakkan dengan cara menggemakan suku kata terakhirnya. Saya teringat, di kampung, meski ada sekian banyak merek pasta gigi, tetap saja orang akan menyebutnya "odol".

Beginilah nasib bangsa Indonesia. Kondisi penumpang kereta menggambarkannya. Rel kereta di sepanjang pulau Jawa masih satu. Kalau ada kereta kelas Bisnis yang mau lewat, baik dari belakang yang akan menyusul maupun yang berpapasan berlawanan arah, maka kereta kelas ekonomi harus mengalah, harus diam di jalur cabang, sehingga kelas yang lebih tinggi bisa melewati jalur yang dari masa penjajahan tetaplah satu. Begitupun kereta kelas Bisnis. Kalau ada kereta kelas Eksekutif, maka ia harus merelakan jalurnya dipakai. Kereta ekonomi akan berhenti hampir di setiap stasiun kecil dan besar. Kereta kelas Bisnis hanya sesekali berhenti di stasiun yang cukup besar. Kelas Eksekutif hanya berhenti di stasiun besar saja seperti stasiun Cirebon, Purwokerto, Tugu-Jogja atau di Surabaya. Mungkin sudah nasib menjadi bangsa Indonesia yang semrawut dalam penataan fasilitas umum, yang lebih atas akan selalu--mau tidak mau--menginjak yang di bawahnya. Masyarakat dengan kelas sosial yang lebih atas ditopang oleh masyarakat kelas di bawahnya.

Maling itu berkelas. Di kereta kelas Ekonomi selalu ada kisah penumpang kemalingan. Maling di kelas Eksekutif dan Bisnis pun tidak nihil. Kalau lengah, maka penumpang dibuat kesal sebab barang-barang bawaan sudah berpindah tangan. Penampilan maling sama dengan penampilan penumpang. Mereka, karena menjadikan kereta sebagai ladangnya, sudah faham kapan saat penumpang lengah, mana barang atau tas yang di dalamnya ada benda berharga, serta posisi duduk penumpang seperti apa yang memudahkan untuk mengambil dompet dan telepon genggam di kantong celana.

Sudah lebih setengah abad Indonesia merdeka. Stasiun, rel, bahkan keretanya, yang merupakan transportasi massa masih merupakan peninggalan Belanda. Tak heran, dalam sepuluh tahun terakhir banyak peristiwa kecelakaan terjadi. Bukan saja karena sudah tua usia fasilitas itu, namun karena kenyataannya Pemerintah sendiri tidak memiliki keseriusan dalam membenahi. Banyak perencanaan, sedikit yang menjadi kenyataan.

Saya berpikir, para wakil rakyat di Senayan sebaiknya lebih sering naik kereta kelas Ekonomi. Supaya mereka tahu kondisi masyarakat yang mereka wakili. Dengan merasakan sendiri kondisi nyata pemilihnya, saya pikir wakil rakyat yang terhormat itu tahu apa yang menjadi prioritas kebijakan yang harus diperjuangkan.

Kereta kelas ekonomi adalah gambaran kelas bawah masyarakat Indonesia. Kalau belum pernah naik kereta ini, menceritakan kisah masyarakat kelas bawah rasanya belum sempurna. Kalau tidak percaya, silahkan mencoba. Jangan lupa, supaya tahu kondisi terburuknya, naiklah kereta ini dengan jalur penuh Jakarta-Surbaya atau sebaliknya. Bila perlu mendekati hari raya Idul Fitri pula. Selama berada di dalamnya, cobalah untuk merenungkan kondisi di sekeliling. Kalau sudah bisa menangkap realitas, saya yakin Anda akan terpana.

Read More......

Hukum Asosiatif


Sekitar dua setengah tahun lalu, saya mengajar anak-anak tetangga untuk beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah Matematika. Waktu itu saya baru datang dari Yogya, masih bekerja serabutan, sembari mencari pekerjaan yang pas juga berjualan jurnal digital di emperan kampus-kampus di Jakarta, Depok dan menawarkan ke beberapa kenalan. Jadinya, masih ada waktu untuk mengajar anak-anak tetangga itu. Mereka semua hanya ada 4 anak dan masih di bangku SMP. Tentu pelajaran mereka tidak begitu sulit bagi saya yang sudah bertahun-tahun tidak lagi mempelajarinya.


Saya teringat perkataan guru saya waktu masa sekolah dulu, "guru itu juga belajar, terus belajar. Kalau guru lebih tahun dari siswanya, itu karena guru membaca dan belajar lebih dulu ketimbang siswa yang belajar padanya." Saya camkan betul saat akan mengajar anak-anak tetangga ini. Saya juga tidak mau asal-asalan membantu mereka belajar. Meski uang yang saya terima dari mereka sangat tidak cukup, terus terang saya merasa memiliki tanggung jawab yang tidak ringan.

Entah kenapa hari ini saya teringat pada satu topik pelajaran Matematika, yakni hukum asosiatif. Hukum ini berlaku pada perkalian dan penjumlahan (CMIIW). Yakni posisi angka yang dijumlahkan atau dikalikan bisa berubah sebaliknya dengan hasil yang sama. Contohnya, tiga dikali lima (3 X 5) akan sama hasilnya jika posisi angka menjadi lima dikali tiga (5 X 3). Hasilnya tetaplah lima belas (15). Demikian juga dengan penjumlahan. Sepuluh ditambah tiga (10 + 3) bisa sama hasilnya dengan tiga ditambah sepuluh (3 + 10). Hasilnya adalah tiga belas (13). Hukum asosiatif ini tidak berlaku untuk pembagian, seperti lima belas dibagi tiga (15 : 3) tidak akan pernah memiliki hasil yang sama dengan tiga dibagi lima belas (3 : 15).

Di sebuah lembaga bimbingan belajar di Bengkulu, 14 tahun lalu, saya menyukai satu guru yang membimbing kami belajar Matematika. Saya lupa namanya. Tapi karena dia orang Batak, sehingga tanpa harus melucu pun kami suka logat bicaranya yang memang sudah lucu. Melihat mimik wajahnya saja dia sudah lucu. Nah dengan kelucuannya ini ia menjadikan belajar matematika tidak menjemukan. Bapak guru satu ini bertanya pada kami, "hukum asosiatif itu, dalam kehidupan kita, ada tidak contohnya?" Tentu saja agak sulit menemukannya dalam kehidupan sehari-hari. Sepatu dan sandal tidak bisa dirubah posisinya karena memang bentuknya sudah disesuaikan dengan bentuk kaki kanan dan kiri kita. Guru saya ini, sambil memasang mimik serius menyebutkan tokoh film kartun saat itu: Superman. Serentak kami yang ada di dalam kelas tertawa. Superman dan tokoh-tokoh komik semacam yang sudah difilmkan itu mengenakan celana dalam di luar dan celana panjang mereka di dalam. :))

Saya menyukai cara-cara Yohanes Surya yang membimbing anak-anak Tim Olimpiade Fisika Indonesia hingga menghantarkan mereka membawa pulang medali emas beberapa tahun terakhir. Saya sendiri belum pernah melihat cara mereka belajar secara langsung. Tetapi dari koran dan majalah yang saya baca, diceritakan kalau Yohanes menjadikan pelajaran Fisika, salah satu ilmu eksakta yang menjadi momok siswa, sebagai ilmu yang menyenangkan untuk dipelajari. Ini berkaitan dengan cara mengajarkan dan cara siswa untuk memahami pelajaran. Saya pikir, kalau guru-guru di tanah air ini memiliki pemahaman dan melakukan hal yang sama dengan Yohanes, tentu pelajaran-pelajaran yang menjadi momok siswa itu akan berubah menjadi begitu menyenangkan.

Read More......