Ingat bidadari, lupa pada istri

Beberapa malam lalu saya mencicipi ceramah menarik pada ibadah tarawih berjamaah di sebuah perumahan mewah di sebelah Timur Cibubur. Sebagaimana pada Ramadhan-Ramadhan sebelumnya, saya memang suka mengikuti ceramah tarawih di masjid ini karena isi ceramah yang biasanya memang bagus-bagus, tidak menggurui, dan menambah wawasan. Tak melulu ngomongin ibadah ritual, tetapi juga tentang kaitan agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial dan kebudayaan masyarakat. Maklum, sejak kecil saya tidak pernah nyantri selain pesantren kilat waktu masih siswa SMA di Bengkulu sana. Juga, pengetahuan agama saya teramat sedikit.

Pada malam itu, kalau biasanya penceramah hadir di shaf (barisan) shalat paling depan, penceramah yang saya lupa namanya ini datang dari shaf tengah dan kemudian berjalan menuju mimbar sesaat setelah dipersilahkan oleh panitia Ramadhan di masjid tersebut. Ia terlihat sederhana, mengenakan kemeja batik lengan panjang dan menggunakan peci, tubuh terlihat agak kurus dibandingkan dengan tinggi badannya yang sekira 160-an centi meter. Dialek Jawanya yang terkesan orang "ndeso" tertutupi oleh pengetahuan agama yang terlihat luas dan membuatnya tetap terlihat berwibawa membawakan ceramah dengan sindiran-sindirannya yang cukup tajam malam itu.

Naik ke mimbar, ia memulai ceramah dengan cerita tentang taman surga bagi siapa saja yang memiliki amal kebaikan selama hidup di dunia. Ia mengingatkan kembali betapa sukanya manusia akan tempat yang disebut dengan taman. Di sebelah utara Jakarta terdapat Taman Impian Jaya Ancol. Lalu ada Taman Safari yang jauh di sebelah selatannya. Juga ada Taman Mekarsari di daerah Jonggol, kabupaten Bogor. Jika sudah meninggal pun orang maunya dimakamkan di sebuah taman, seperti yang terdapat di daerah Kalibata: Taman Makam Pahlawan.

Semua orang pastilah ingin berada di taman yang indah sebagai tempat peristirahatan terakhir. Meski ukurannya kecil, hanya satu kali dua meter saja, kalau suasananya seperti taman tentunya akan terasa nyaman. Tidak terasa lamanya menunggu hari akhir (akhirat) datang. Pada intinya, amal kebaikan yang kita lakukan selama di dunia ini yang akan menentukan apakah kuburan kita nanti akan seperti taman yang indah atau malah gelap gulita dan menyeramkan :)

Di akhirat nantinya kita maunya masuk ke taman surga. Taman Firdaus adalah surga dengan tingkatan paling atas, tempatnya orang-orang yang seluruh hidupnya di dunia hanya diisi dengan amal kebaikan.

Itulah lebih kurang cerita ustadz itu tentang taman.

Lalu, penceramah yang membuat saya jatuh hati ini kemudian bertanya pada jamaah, "Anda mengharapkan siapa kira-kira pendamping hidup Anda kalau nanti masuk surga?" Pertanyaan itu itu kemudian diarahkan ke imam shalat Tarawih malam itu. Ia minta imam menjawab pertama kali. Lalu sang imam pun menjawabnya, "Bidadari..." Penceramah tersebut mengarahkan pertanyaan yang sama kepada semua jamaah laki-laki. Tentu jawabannya sama dengan sang imam.

Dengan nada sedikit meninggi, ustadz meminta imam beristighfar, memohon ampun kepada Allah SWT.

"Istighfar. Minta ampunlah kepada Allah karena ketika masuk surga ternyata pak imam lupa pada istri. Lupa pada anak-anaknya."

Kontan pernyataan ustadz ini membuat terperangah semua jamaah termasuk saya yang ada di barisan agak belakang ruang masjid yang besar itu. Ustadz juga meminta semua jamaah untuk beristighfar.

"Kalau pulang kerja, kita minta dibuatkan teh pada istri. Kalau capek minta dipijitin istri. Apa-apa minta disediakan istri. Giliran masuk surga, istrinya dilupakan."

Jamaah terdiam. Saya terkesima. Belum pernah saya mendengar sindiran yang tajam kepada jamaah muslim di masjid ini. Sindiran ini, meski disampaikan dengan cara sambil tertawa, terus terang sangat mengena.

"Dulu waktu kita masih kecil, masih ingat gak siapa yang nyebokin kita? Siapa? Ibu kita. Ayah kita. Lalu masuk surga pun kita lupa pada mereka."

Jamaah bertambah diam.

Tidak salah, semua orang selama ini membayangkan kehidupan di surga yang serba indah, serba nikmat, tak ada habisnya. Tapi tak pernah kita berpikir bahwa semua kenimatan itu akan dinikmati bersama orang-orang yang kita cintai selama di dunia, anak-istri kita, orang tua kita, tetangga-tetangga kita. Mereka semua orang-orang seperjuangan dengan kita saat menjalani kehidupan di dunia ini. Bahkan, jika memang memaknai Rahmatan lil 'alamin secara lebih luas, tentunya kita ingin semua orang di dunia ini berbuat kebaikan bersama kita sehingga kelak kebahagiaan di akhirat pun kita nikmati bersama-sama.

Tak ada lagi penderitaan. Tak ada lagi kemiskinan. Tak ada lagi luka lara. Semua bahagia di surga.

Seperti kata ustadz yang berceramah malam itu, akan lebih baik kalau kita berdoa agar masuk surga bersama-sama orang-orang yang kita cintai di dunia ini. Bidadari itu adalah simbol tentang kecantikan luar biasa makhluk-Nya. Tentu kita berharap bidadari itu kelak adalah ibu yang telah melahirkan dan mencurahkan kasih sayangnya pada kita sejak masih dalam kandungan, istri kita yang merasakan betul pahit getir mendampingi hidup kita, adik - kakak perempuan kita, dan semua perempuan yang telah mengamalkan seluruh hidupnya untuk berbuat kebaikan dan membuat dunia ini begitu nyaman bagi semua penghuninya.

Untuk sementara waktu, semua layanan SMS Content pada nomor seluler saya sudah dihentikan oleh operator Telkomsel segera ketika saya menelepon operatornya. Saya urung menghubungi BRTI. Semoga hal ini tidak lagi terulang. Terima kasih untuk Telkomsel yang sudah mau menanggapi keluhan pelanggan macam saya ini. Semoga dengan kasus ini perusahaan milik PT. Telkom ini juga mau belajar meningkatkan pelayanan serta tidak memberi kesempatan pada para pihak yang mengeruk keuntungan namun bisa membuat citra operator seluler menjadi buruk.

Read More......