Apakah ada sumbangsih Pembantu Pekerja Rumah Tangga (PRT) terhadap ekonomi nasional? Pertanyaan ini terus muncul dan membutuhkan jawaban di tengah-tengah upaya mengadvokasi Rancangan Undang-Undang Perlindungan PRT (RUU PPRT).

Setiap keluarga yang suami istri bekerja di luar rumah, baik sebagai pegawai sebuah instansi atau perusahaan, maupun memiliki usaha sendiri, pekerjaan di wilayah domestik diserahkan pada PRT. Mulai dari menyapu rumah, merawat anak serta mengantar ke sekolah, mencuci pakaian, memasak dan urusan-urusan rumah lainnya. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh PRT ini telah membuat pekerjaan-pekerjaan pencari nafkah keluarga (suami, istri atau suami dan istri) menjadi lancar karena urusan domestik mereka telah ditangani oleh PRT.

PRT telah turut berperan dalam memungkinkan suami-istri dalam sebuah keluarga bisa bekerja dengan leluasa. Suami-istri yang yang bekerja ini akan meningkatkan konsumsi dan investasi yang pada gilirannya akan menambah pendapatan nasional.[1] Demikian pula dengan PRT yang dengan profesi yang ia tekuni, ia memiliki penghasilan dan dengan demikian mampu mengkonsumsi dan investasi yang tentunya memiliki pengaruh dalam pendapatan nasional.[2]

Data pendapatan nasional merupakan alat untuk mendapatkan angka pertumbuhan ekonomi masyarakat dan ekonomi nasional. Data Pendapatan nasional dapat digunakan untuk melihat berbagai sektor perekonomian suatu negara, apakah ia merupakan negara industri, pertaninan, atau negara jasa. Data itu juga dapat dipakai untuk membandingkan kemajua perekonomian dari waktu ke waktu, membandingakn perkonomian antarnegara atau antar daerah, serta sebagai landasan perumusan kebijakan pembangunan oleh pemerintah.

Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdagangan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.

PRT adalah pekerjaan dalam sektor jasa. Sama halnya dengan TKI yang bekerja di beberapa negara tetangga, mereka berprofesi sebagai PRT yang merupakan sektor jasa juga. Jika sumbangsih TKI terhadap ekonomi nasional dapat dihitung besarnya devisa yang dihasilkan (dilihat dari remitansi). Pada tahun 2008 saja, TKI memberikan devisa 130) trilyun rupiah.[3] Angka sumbangan devisa kedua setelah Migas (180 trilyun rupiah). PRT dalam negeri tentunya memiliki sumbangan ekonomi yang tak kalah signifikan karena peran mereka yang memberikan peningkatan produktifitas angkatan kerja karena urusan domestik telah dialihkan ke PRT. Angka-angka tersebut memang belum pernah disebutkan dalam sensus atau pendataan yang serius oleh lembaga yang kridibel seperti BPS. Tentunya pendataan secara lebih cermat menjadi rekomendasi penting untuk melihat peran strategis PRT dalam ekonomi nasional.

Baik TKI (yang kebanyakan berprofesi PRT di luar negeri) maupun PRT di dalam negeri belum mendapatkan perlindungan yang memadai untuk pemenuhan hak-hak mereka sebagai pekerja maupun perlindungan atas pelanggaran hak-hak mereka sebagai manusia. Pelecehan seksual, penganiayaan, upah di bawah standar, penganiayaan dan bentuk kekerasan lainnya tidak sedikit dialami oleh PRT. Perlindungan yang sistematis dan menyulurh sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi semua itu. Memahami kontribusi PRT terhadap ekonomi nasional merupakan satu langkah untuk meyakinkan pemerintah bahwa keberadaan PRT harus diakui dan tanggung jawab pemerintah untuk melindungi. Bagi masyarakat luas yang mempekerjakan PRT juga perlu mengetahui peran penting PRT ini terhadap ekonomi keluarga mereka.



Catatan Akhir:

* Tulisan ini merupakan kerangka acuan diskusi dengan tema yang sama, yang diselenggarakan oleh Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (Jala PRT) bekerjasama dengan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) di Jakarta pada 14 Desember 2010.

[1] Lihat tiga pendekatan untuk mengetahui pendapatan negara di http://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_nasional (diakses pada tanggal 6 September 2010 pukul 11.20 wib)

[2] Lihat juga Rumus Menghitung PDB, PNB, PNN, Pendapatan Nasional, Individu Dan Pendapatan Dapat Dibelanjakan di http://organisasi.org/rumus-menghitung-pdb-pnb-pnn-pendapatan-nasional-individu-dan-pendapatan-dapat-dibelanjakan (diakses pada tanggal 6 September 2010 pkl.11.35 wib)

[3] KompasTv.com, 15 Desember 2008

Read More......

Kantong Plastik

Pagi hingga siang tadi saya ke Jakarta Eye Center, memeriksakan mata kiri yang perih sejak tertusuk garpu. Semalam sehabis mengantarkan putra kedua imunisasi dan konsultasi ke dokter di rumah sakit Permata Cibubur, saya bermain dengan si kecil yang baru berusia 1,5 tahun. Selain itu ada pakdenya dari Cimanggis yang kebetulan mengantar pulang kami, hingga semalam bermain dengan anak-anak jadi agak lebih lama.

Usai makan malam bersama dan ngobrol-ngobrol, si kecil yang masih memegang garpu kakanya saya pangku dengan harapan bisa mengambil garpu itu. Meski sudah seringkali diingatkan bahwa garpu merupakan benda berbahaya untuk anak kecil, namun keingintahuan tak pernah urung anak saya untuk menggenggamnya. Saat di pangkuan itulah garpu secara tak sengaja menusuk mata sebelah kiri. Saya rasakan perih. Karena yakin tak akan apa-apa pada mata, saya tak langsung ke dokter meski mas Adi (pakdenya anak-anak) sudah bersedia mengantarkan. Lagi pula, waktu sudah menunjukan pukul 21.30-an saat itu.

Pagi tadi, setibanya di tempat kerja saya teringat ada Jakarta Eye Center, sebuah rumah sakit mata yang tak jauh dari tempat saya bekerja di bilangan Menteng. Usai mengisi daftar hadir dan bertegur sapa dengan beberapa teman, saya putuskan pergi ke dokter mata. Mata sebelah kiri masih terasa perih dan terlihat merah.

Usai menjalani pemeriksaan saya membayar ke kasir untuk jasa konsultasi ke dokter. Lalu beranjak ke apotek yang berada ruangan berbeda. Setelah obat siap, petugas memanggil dan membungkus obat dengan kantong plastik. Saya katakan saya tidak membutuhkan plastik itu. Saya punya kantong sendiri di dalam tas. Petugas apotek itu terheran-heran. Saya pun membuka tas punggung/ransel mengeluarkan kantong plastik yang sama, sebab sebelum mendapatkan obat saya sudah membeli vitamin yang disarankan oleh dokter selain obat yang diresepkan. Petugas itu masih terheran saat saya memasukkan obat ke dalam kantong itu. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa penggunaan plastik bisa dikurangi dengan menyatukan barang dalam satu kantong (tentu tidak untuk barang-barang yang memiliki pengaruh kimia satu sama lainnya). Sudah terlalu banyak plastik yang membebani bumi ini karena penggunaan yang terlalu berlebihan. Sepertinya di dalam keterperangahan petugas bernama Nurul itu, ia tak banyak mendapati pasien seperti ini.

Kawan-kawan, seorang teman baik saya di Yogyakarta sedang melakukan survei tentang penggunaan kantong plastik. Saya tahu betul, sejak saya mengenalnya saat masa kuliah dulu, ia peduli nian pada issue lingkungan hidup. Sudilah kawan-kawan ikut mengisi survei tentang penggunaan kantong plastik yang ia lakukan lewat jaringan internet ini. Silahkan kunjungi alamat berikut:

www.surveymonkey.com/s/surveikresek1

Terima kasih.

Read More......