Hari ini saya mendapat informasi dari satu posting di mailing list salah seorang penyiar radio Ibukota, yang memuat hasil survei biaya hidup di kota-kota di tanah air. Biaya hidup termahal ternyata diraih oleh kota Balikpapan. Agak terkejut saya mendengarnya, meski seorang teman yang pernah bermukim di sana menyatakan biaya hidup di Balikpapan memang lebih mahal daripada Jakarta.

Mumu, teman saya itu, beberapa waktu lalu saya tanyai mengenai kehidupan di Balikpapan, sebab ada beberapa orang teman lama saya yang tinggal di sana. Juga setelah mengetahui kalau orang yang pernah dekat di hati juga ternyata telah berdomisili di bagian timur Borneo.

Di Balikpapan banyak terdapat perusahaan besar serta merupakan perusahaan asing yang melakukan eksplorasi kekayaan alam, seperti minyak bumi dan batubara. Juga hasil kekayaan hutan merupakan aset tersendiri bagi daerah ini. Mungkin karena daerah kaya, maka daerah ini menjadi begitu mahal biaya hidupnya. Namun, seperti daerah-daerah kaya bahan tambang di Nusantara, penduduk asli tetap mengalami kondisi miskin.

Penduduk asli daerah hanya segelintir saja yang bisa dilibatkan dalam proses pengerukan kekayaan alam oleh perusahaan asing. Sebabnya karena sumber daya manusia yang dibutuhkan adalah mereka yang terampil dan melek teknologi terkini. Sudahlah tidak bisa menjadi pekerja perusahaan yang beroperasi di daerahnya, penduduk setempat juga harus menanggung dampak buruknya. Limbah tambang yang mencemarkan harus dinikmati, bisnis esek-esek juga meluaskan penyakit kelamin, serta lunturnya nilai-nilai budaya setempat oleh kebiasaan baru para pendatang merupakan kerugian yang biasa dialami masyarakat lokal.

Kembali ke hasil survei. Jakarta, kota dimana sehari-hari saya bekerja, ternyata menempati urutan ke dua dalam tingkat kemahalan biaya hidup. Saya sendiri sebenarnya tinggal di daerah yang sudah masuk kabupaten Bogor. Orang bilang Jakarta coret. Namun biaya hidupnya bisa dibilang sama mahalnya dengan Jakarta. Kategori biaya hidup yang disurvei mencakup biaya kebutuhan makanan, kebutuhan pokok,transportasi, utilitas, perumahan, pendidikan, kesehatan serta hiburan dan olah raga.

Daftar tingkat kemahalan biaya hidup di beberapa kota menurut hasil survei yang saya ceritakan ini dapat Anda baca disini.

5 comments

  1. Anonymous  

    September 8, 2008 at 5:09 PM

    Survey yang bias metropolis yang tidak akurat. Aku sih sependapat dengan BP bahwa kota termahal di Indonesia tetap Kabupaten Puncak Jaya.

    http://www.bpurwoko.staff.ugm.ac.id/2007/01/27/daerah-termahal-di-dunia/

  2. Anonymous  

    September 9, 2008 at 10:18 AM

    Bayu, aku sudah membaca tulisan pak Bambang. Gila ya, masih ada daerah dengan beban sosial ekonomi yang begitu berat bagi masyarakatnya.

    Kontras dengan keadaan di tanah Papua itu, para politisi berkompetisi menebar pesona dengan uang yang kalau dikumpulkan luar biasa manfaatnya untuk membangun infrastruktur di desa-desa terpencil. Emoh aku memilih mereka.

    Anyway, terima kasih untuk informasinya.

  3. Anonymous  

    September 11, 2008 at 1:06 PM

    Memang biaya hidup di pulau selain pulau jawa termasuk lumayan mahal karena transportasi yang buruk sehingga harga jadi naik jauh banget diatas standar. Saya yang tinggal di kaltim sangat merasakan perbedaan harga.

  4. Ngatini  

    September 16, 2008 at 10:08 AM

    wah..solo gak termasuk 20 besar..pasti orang balikpapan kalo tinggal di solo bisa gendut2 karena semua serba murah...tapi kalo dasarnya dari balikpapan dia udah kaya..kalo cari kerja nya di solo, ya sami mawon..UMR nya nyekik...

  5. Anonymous  

    September 17, 2008 at 9:35 AM

    Mba Ngatini, jamak dimana-mana besar penghasilan berbanding lurus dengan biaya hidup. Susahnya, kalau penghasilan lebih kecil daripada biaya hidup, ya dibilang miskin. Sakjane aku kepingin hidup di Solo tapi dengan penghasilan Jakarta, asyik kan...

Post a Comment