OpenOffice.org dan F/OSS

Ada yang menarik dari rekruitmen calon staf di lingkungan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang telah ditutup beberapa hari lalu. Di salah satu persyaratan umum bagi pendaftar disebutkan keharusan "Mahir menggunakan komputer dan aplikasinya (terutama OpenOffice.org)". Saya menangkap, lembaga pemerintah ini secara resmi telah mendorong pemanfaatan Open-Source. Hal yang saya acungi jempol.

OpenOffice.org (OOo) adalah aplikasi perkantoran yang sama fungsinya dengan Ms Office buatan Microsoft. Bedanya, OOo adalah software yang diberikan secara gratis bagi siapa saja dan untuk untuk apa saja tanpa khawatir dikenai peraturan anti pembajakan. OOo juga bisa untuk mengolah file dari dan dapat dibaca oleh aplikasi perkantoran lainnya. Penggunaannya pun tak sulit. Ada banyak tutorial yang tersedia di internet.

Ms Office 2007 yang dikeluarkan oleh Micrsoft dapat dibaca dengan baik oleh OOo versi 3. Ini semakin memudahkan kita untuk mengolah file-file yang semula menggunakan aplikasi Ms Office 2007. Jadi, tidak perlu khawatir menerima file dari rekan kerja yang menggunakan aplikasi perkantoran keluaran Microsoft.

Sebagai seorang yang menentang pemiskinan secara struktural, saya mendukung penggunaan Free/Open-Source Software (F/OSS). Bayangkan, untuk belajar mengetik saja setiap komputer harus mengeluarkan tidak kurang dari 2 juta rupiah. Lantas kapan anak-anak sekolah di pedesaan nun jauh di pedalaman Papua itu akan menjadi pintar dalam teknologi informasi kalau harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit? Belum lagi sistem operasi yang sudah pasti harus dimiliki setiap komputer supaya bisa dipakai harus mengeluarkan tak kurang dari 2 juta rupiah pula.

Seorang teman saya dari LIPI pernah bercerita bahwa sesungguhnya pembajakan software di Indonesia bukanlah hal yang terjadi begitu saja. Ini dibiarkan oleh pihak Microsoft. Kalaupun ada operasi ke instansi-instansi, ia lebih merupakan upaya untuk memberikan kekhawatiran sehingga orang menjadi takut memiliki dan menggunakan software bajakan. Juga, dengan semakin banyaknya software bajakan, masyarakat yang baru belajar atau telah biasa menggunakan komputer akan menjadi tergantung pada software yang dibajak itu. Inilah strategi membuat ketergantungan pada produk tertentu.

Dengan F/OSS, Anda tidak perlu khawatir. Ia dikembangkan secara gotong royong oleh komunitas-komunitas yang ingin berbagi pada semua orang di seluruh dunia. Setiap ada kekurangan, saling memperbaiki. Kalau ada celah keamanan pada software akan saling menutupi. Perkembangan F/OSS yang selalu semakin maju, berkat orang-orang yang baik hati yang ingin semua orang bisa merasakan manfaat teknologi. Tanpa keinginan dibayar apalagi dengan memaksa setiap orang untuk membeli. Mereka ini patut kita kagumi.

Sebagai upaya beralih ke F/OSS, menggunakan OOo adalah langkah awal yang baik. Setelahnya, Anda akan terbiasa menikmatinya.

Download:
OpenOffice.org
Tutorial OpenOffice.org

5 comments

  1. Anonymous  

    February 28, 2009 at 10:53 AM

    tulisan menarik nih Her..
    salam ukhuwwah, dah lama gak ketemu.

  2. Anonymous  

    March 2, 2009 at 1:11 PM

    walau berbasis Windows (legal sih dari kantor), saya termasuk yang paling konsisten menggunakan Open Office di kantor. Pertamanya sih memang membutuhkan waktu untuk membiasakan diri.
    OOo dan program Open source lainnya membuat bekerja menjadi lebih tenang.

  3. Anonymous  

    March 2, 2009 at 1:13 PM

    Terima kasih Aga.

    Lama nian tidak bertemu ya. Padahal beberapa bulan lalu aku mencoba menanyakan no kontak teman-teman--termasuk Aga--ke Ridwan (Jawa Pos), ternyata engkau sudah nongol di blog sederhana ini. Boleh minta no yang bisa untuk menghubungimu, atau sekedar imel?

  4. Anonymous  

    March 2, 2009 at 1:25 PM

    Onga Fetro,

    Teman-teman di kantorku sedang kewalahan menghadapi virus yang menjalari beberapa komputer. Banyak file program perkantoran yang jadi hilang secara tiba-tiba. Bahkan 2 komputer sudah menjalani instalasi ulang. Meski beberapa teman yang merasa khawatir tertulari virus harus membuka file mereka di Ubuntu Hardy Heron di mejaku, namun masih belum ada keberanian mereka untuk beralih ke F/OSS. Bahkan hanya untuk sekedar OOo di komputer "Jendela" mereka.

    Selain komputer server, hingga saat ini baru aku yang menggunakan sistem operasi linux dan F/OSS. Semoga musibah kali ini membuka mata kolega-kolegaku untuk mulai menggunakannya. Lebih aman dan tidak khawatir pada tuduhan menggunakan produk bajakan.

  5. Anonymous  

    March 4, 2009 at 10:37 AM

    Wah menarik. Terus kampanyekan F/OSS. Sukses bang..

Post a Comment