Hari Baik

Pernah nonton film Friday the 13th? Film ini saya tonton sekitar tahun 80-an awal di TVRI. Setiap malam Jum'at pula. Lumayan mengerikan bagi saya yang masih masa kanak-kanak saat itu. Sebagai contoh, salah satu satu film menggambarkan sebuah mug kecil yang bergambar tumbuhan merambat dengan daun yang cukup lebat. Mug ini berusia tua dan keramat. Ia berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Mug ini ternyata memakan korban dalam perpindahan dari tangan ke tangan itu. Konon di setiap hari Jum'at di tanggal 13, di tengah malam pula, tumbuhan di mug itu hidup dan melilit mencekik leher si pemegang mug hingga mati mengenaskan.

Demikianlah tahayul terhadap hari Jum'at tanggal 13. Menurut informasi di Wikipedia, tahayul ini berkembang di negara-negara berbahasa Inggris, Prancis, Portugis dan beberapa negara Eropa lainnya. Hari Jum'at di tanggal ini adalah hari sial bagi setiap orang. Demkianlah, tahayul ini berkembang hingga membuat khawatir siapa saja yang percaya. Di Amerika, rutinitas terjadi secara berbeda pada hari itu disebabkan rasa khawatir akan mengalami sesuatu yang sial. British Medical Journal penah memuat hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa angka kecelakaan lalu lintas meningkat secara signifikan di hari itu.

Saya teringat pada Antropolog asal Prancis, Claude Lévi-Strauss , yang mengenalkan konsep Strukturalisme budaya. Setiap budaya memiliki struktur budaya yang sama. Ada hukum-hukum universal yang berlaku di setiap budaya masyarakat di seluruh dunia. Ia mencoba membuktikan itu dengan meneliti mitos yang ada dalam beberapa masyarakat asli di Amerika. Terdapat banyak kesamaan di dalamnya.

Dalam hal tahayul semacam Friday th 13th, di tanah air kita lebih lebih mengenal sebutan kejawen bagi mereka yang memercayai. Tahayul-tahayul ini diteliti oleh Antropolog Clifford Geertz. Penelitiannya terhadap keyakinan masyarakat Kejawen di Kediri menjadi karya monumental dengan judul The Religion of Java. Hari yang menakutkan dan (mungkin) membawa sial adalah malam Selasa Kliwon dan Jum'at Kliwon. Di masyarakat Jawa penghitungan hari-hari pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon) menjadi sesuatu yang penting karena dengan itulah laku yang mereka lakukan disesuaikan. Ada banyak larangan yang tak boleh dilakukan serta hal-hal yang sebaiknya dilakoni. Tentu bagi siapa yang meyakini. Tak pelak ini membuat repot orang yang berasal dari luar Jawa yang akan menikahi seseorang yang asli Jawa, yang keluarganya menganut kepercayaan akan hari baik dan hari buruk dalam perhitungan kalender mereka. Hari pernikahan harus dicocokkan dengan tanggal lahir, hari lahir, dan dicermati betul pada diri masing-masing pasangan. Ah, kalau tak cocok, maka keduanya bisa jadi tidak menikah. :)

Hari ini adalah hari dimana tanggal, bulan, dan tahun memiliki angka yang sama. Delapan Agustus 2008 yang kalau dituliskan menjadi 080808. Beberapa hari lalu catatan sipil DKI Jakarta menyebutkan terdapat penambahan jumlah pendaftar yang akan menikah di hari ini. Tahun-tahun lalu juga demikian. Tanggal, bulan, dan tahun dengan angka yang sama, bahkan waktu yang sama (pukul 08 pagi atau 08 malam) dinilai sebagai hari dan waktu yang baik untuk menikah. Teman saya menikah tahun lalu, mengundang semua teman-temannya untuk menghadiri pada tanggal 07 Juli 2007 pada pukul 07 malam hari. Rupanya itulah hari baik mereka untuk menikah.

Bagi saya, angka-angka yang menyimbolkan hari baik itu hanyalah semacam nomor cantik telepon seluler. Perhitungan nomor yang sama antara tanggal, bulan dan tahun setahu saya tidak dikenal sekitar sepuluh tahun lalu. Juga sebelumnya. Entah dari mana ide ini muncul. Lalu menyebar luas, dan akhirnya menjadi satu konsep keyakinan. Hari baik bagi keyakinan saya dan keluarga ada dalam semua hari. Itu pulalah yang disindir calon mertua saat empat tahun lalu kami membicarakan hari pernikahan saya dan anak gadisnya. "Mas Herman, bagi bapak semua hari adalah hari baik." Saya tahu keluarga istri saya adalah keluarga yang begitu dalam meyakini ajaran agama. Sebuah keluarga sederhana yang lepas dari kebudayaan Jawa umumnya. Itu pulalah yang membuat membuat proses pernikahan saya berjalan begitu mudah.

Setiap hari adalah hari baik. Setiap hari, setiap saat, adalah kesempatan bagi kita untuk berbuat kebaikan di muka bumi ini. Karena itulah yang dikehendaki-Nya atas manusia yang Ia ciptakan.

Bagaimana menurut Anda, hari apa yang merupakan hari baik bagi Anda pribadi?

0 comments

Post a Comment