Keinginan dan Penderitaan

Apa yang Anda dapatkan ketika betul-betul telah memiliki apa yang selama ini Anda idam-idamkan? Buat saya pribadi, justru setelah saya memilikinya, saya malah merasa hal itu biasa-biasa saja. Saya merasa ingin memiliki sesuatu karena menganggapnya luar biasa dan saya belum mendapatkannya saat itu juga. Namun setelah saya memiliki, segala yang ada pada hal itu hanyalah biasa. Tidak lebih.

Secara ekonomi misalnya, Safir Senduk yang konsultan keuangan keluarga itu mengatakan, "belilah sesuatu itu karena kebutuhan, bukan karena keinginan." Dengan demikian, kita menjadi bijak secara ekonomi. Lain hal lagi, ada pula seorang laki-laki secara luar biasa mengagumi seorang perempuan. Ia terlanjur jatuh cinta, lalu mencintai dengan sepenuh hati, bahkan apapun akan ia lakukan untuk mendapatkan sang pujaan hati. Tapi pada akhirnya ia tahu bahwa perempuan yang terlanjur lekat dalam hati sanubari ternyata telah memiliki suami. Apa yang terjadi?

Wandi, teman saya di Yayasan Air Putih, dalam satu workshop ICT mengingatkan bahwa kita sebaiknya menggunakan teknologi sesuai dengan kebutuhan. Seorang teman lama yang sempat bekerja dalam satu lembaga dengan saya, suatu kali pernah menanyakan Laptop seperti apa yang bagus. Ia ingin membeli yang katanya "canggih". Saya menjawab sama seperti teman saya yang penjual komputer rakitan ketika menjawab pertanyaan yang sama dari orang lain: "untuk apa laptop itu kamu miliki?, Untuk pekerjaan apa saja? Desain grafis, game, olah video, atau sekedar mengetik pekerjaan-pekerjaan kantor?".

Banyak sekali cerita tentang orang-orang di Nusantara ini yang menghabiskan uang jutaan hingga milyaran rupiah hanya untuk pesta, entah pesta ulang tahun, perkawinan, atau sekedar pesta perpisahan. Sementara, nun jauh di pelosok sana, atau menyempil di sela-sela gedung pencakar lagit Jakarta masih banyak orang-orang lapar terpaksa makan nasi "sampah" atau bahkan mati kelaparan. Sungguh, keingian untuk dianggap luar biasa telah membutakan hati pada kehidupan lain di luar diri sendiri.

Jika orang-orang tidak terlalu berpikir tentang kejayaan diri yang bersumber pada akumulasi materi, niscaya kerusakan hutan-hutan, kekacauan tata ruang kota yang menyebabkan banjir, kehebohan mobil mewah yang surat-suratnya palsu, atau kelaparan nun di pelosok negeri tidak akan pernah terjadi.

Keinginan tanpa terkendali selalu berujung pada kezaliman pada sesama, baik langsung maupun tidak langsung. Keinginan seringkali tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan orang lain. Oh... benar nian kata orang-orang bijak yang dikutip Iwan Fals dalam lagunya: Keinginan adalah sumber penderitaan.

0 comments

Post a Comment