Member of NYTimes.com

Tadi Pagi saya mencari informasi dan artikel tentang buku yang ditulis oleh John Perkins yang berjudul Confessions of an Economic Hit Man. Buku ini terbit pada tahun 2004 dan merupakan salah satu buku paling laris versi The New York Times. Tidak sengaja, saya menemukan tautan satu artikel yang membahas buku Perkins di The New York Times online. Setelah mengkliknya, ternyata mengharuskan untuk menjadi anggota.

Keanggotaan NYTimes.com bersifat gratis. Siapa saja boleh kalau mau. Menjadi anggota membuat kita bisa mengakses artikel-artikel di website ini secara instan. Menurut saya, website satu ini cukup layak untuk menjadi salah satu sumber berita, meski tentu saja, tidak bisa langsung diakses penuh seperti halnya The New Yorker yang menjadi rekomendasi Andreas Harsono pada blognya. Juga, ia bukanlah satu-satunya sumber informasi yang harus kita jadikan rujukan. Bagi saya pribadi, ini hanyalah faktor kebetulan, ketika saya mencari satu topik artikel dan menemukan media ini menyediakannya. Di samping itu, ada teman yang memasang tautan di blognya yang saya pikir tentulah ia begitu menarik sehingga layak untuk direkomendasikan bagi pembaca blognya.

Untuk mendaftar, masuklah ke alamat http://www.nytimes.com/gst/regi.html. Seperti halnya membuat akun imel, silahkan mengisi formulir yang tersedia di sana. Setelah formulir terisi dengan benar, maka Anda sudah bisa mengakses websitenya. Jangan lupa, gunakan selalu user ID dan Password yang Anda buat saat pendaftaran ketika hendak mengakses NYTimes.com ini.

Mengenai surat kabar atau jurnal online yang harus melalui proses pendaftaran anggota untuk bisa mengakses, jumlahnya tidak sedikit. Bahkan diantara mereka mengharuskan kita untuk membayar. Jadi, seperti kita membeli koran, majalah atau jurnal di toko buku, namun yang sedang kita hadapi ada dalam bentuk online. Kalau pun mau mencetaknya, kita harus mengunduh (download) atau mengkopi isinya dan memindahkan ke program pengolah kata kata semacam Openoffice.org.

Untuk di Indonesia, saya boleh berbagi informasi sedikit di sini. Kalau pernah membaca majalah Pantau yang terbit pada 1999 - 2002, tentu akan ingat dia sebagai satu majalah jurnalisme sastrawi pertama di Indonesia. Saya sangat menyukainya. Membaca majalah ini, yang isinya adalah berita panjang lebar namun dengan gaya penulisan khas seperti cerpen, saya menemukan satu majalah berita yang asyik untuk dibaca. Meski seperti cerpen, bukan berarti sumber berita atau realitas yang diberitakan menjadi rekaan. Kata Andreas Harsono, Jurnalisme Sastrawi ini bukan hanya permainan bahasa yang mendayu-dayu. Isinya tetap menggunakan standar penulisan jurnalisme. Majalah ini lalu tutup usia setelah kehabisan dana untuk menerbitkannya. Yayasan Pantau sendiri masih ada sampai sekarang. Anda dapat mengakses tulisan-tulisan yang pernah ada di majalah dan juga tulisan-tulisan baru dengan mengklik ini. Tentu saja, seperti The Newyork Times versi online, Anda harus mendaftar untuk mendapatkan sebuah akun. Gratis.

0 comments

Post a Comment