Hujan, macet dan terlambat

Hari rabu kemarin saya kehujanan. Sejak sekitar pukul 4 pagi saat saya bangun tidur, tempat tinggal saya di Ciangsana, Gunung Puteri, Bogor diguyur hujan. Sampai pukul 06.30 hujan tidak kunjung reda. Padahal saya harus ke Hotel Shangri-La untuk mengikuti Workshop dan Peluncuran buku VoIP Cikal Bakal Telkom Rakyat yang ditulis oleh Onno W. Purbo. Majalah INFO Komputer menyelenggarakan acara ini. "Sudah bayar mahal, masak tidak datang", pikir saya. Lagi pula saya kan ingin tahu perkembangan teknologi.

Pukul 7 pagi saya putuskan untuk berangkat juga. Saya tidak mau ketinggalan pada acara ini. Istri masih dirumah ketika saya berangkat dengan membawa payung, celana dilinting keatas agar tidak basah dan kotor, mengenakan kaos serta sandal, dan tas ransel sehari-hari yang terlihat penuh karena berisi pakaian ganti, sepatu, dan buku. Setelah tiba di tempat tujuan, saya akan mengganti pakaian sehingga lebih terlihat rapi. Saya naik angkot dari gerbang komplek perumahan. Berhenti di perempatan Nagrak, tidak jauh dari rumah SBY sang Presiden. Lalu ganti angkutan lagi menuju UKI.Di Nagrak hujan sebenarnya tidak lebat, hal yang berbeda dengan tempat tinggal saya yang hujan lebat meski jaraknya tidak lebih dari 3 km. Setelah tiba di depan UKI saya naik ojek langganan yang biasa mengantar saya ke kantor setiap pagi. Saya tanyakan padanya apakah ia tahu Hotel Shangri-La. Lalu ia bertanya kepada temannya sesama tukang ojek. Akhirnya kami putuskan untuk ke tempat tujuan lewat Jalan Gatot Subroto, lalu menyusuri Jl. Rasuna Said di Kuningan, dan berbelok ke barat menuju sasaran. Shangri-La sendiri terletak di jalan Sudirman Kav. 1, bersebelahan dengan wima BNI 46.

Hujan yang semula hanya gerimis, ternyata menjadi lebat. Padahal perjalanan dari UKI belum sampai ke Tugu Pancoran. Tukang ojek bertanya apakah kami akan tetap melanjutkan perjalanan. Kita coba kata saya. Sepeda motor berjalan pelan karena saya memegang payung agar tidak basah kuyup. Belum sampai seratus meter, hujan berubah menjadi sangat lebat. Kami berhenti dan menunggu bersama pengendara sepeda motor lainnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 9. Tentu acara sudah dimulai. Saya tidak mau menunggu lama menanti hujan sedikit mereda. Setelah membayar sejumlah uang ke tukang ojek saya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan taksi. Jamak terjadi di Jakarta, kalau hujan turun, maka jalanan menjadi macet. Saya alami ini sekali lagi. Semua kendaraan roda empat merangkak menapaki jalan. Saya menjadi capai dan ngantuk. Sopir di sebelahku sepertinya lebih capai lagi karena kakinya harus tetap bekerja menginjak rem das gas. Pegal katanya. Matanya sendiri harus tetap awas mengamati jalan.

Jalur perjalanan berubah. Kami menuju Semanggi, berputar menuju utara melewati jalan Sudirman, hingga akhirnya tiba di tempat tujuan. Perjalanan dari rumah ke tempat tujuan ternyata membutuhkan waktu 3 jam. luar biasa. Apalagi kalau saya naik bis kota, bisa jadi membutuhkan waktu 4 hingga 5 jam. Beginilah Jakarta. Kalau sudah hujan, jalanan macet, tiba di tempat tujuan sudah pasti terlambat.

Meski terlambat setengah jam lebih, saya tetap senang mengikuti workshop ini. Saya masih bertemu dengan pakar-pakar teknologi Informasi dan Komunikasi seperti Budi Rahardjo, Michael Sunggiardi, Irvan "sang Hacker", dan Onno W. Purbo. Diantara mereka itu, Budi Rahardjo adalah orang yang membuat saya sangat terkesan pada hari ini. Mungkin karena baru pertama kali saya bertemu dan melihat dia menjadi pembicara dalam sebuah diskusi. Rahadjo menjadikan ICT sebagai topik bahasan yang tidak melulu terkesan serius. Dia lebih sering menjadikan teknologi sebagai bahan lelucon. Blog yang dimilikinya tidak berisi melulu tentang ICT. Malah ia tak mau ketinggalan menuliskan pendapatnya tentang poligami. Rahardjo ternyata juga suka musik. Ia bisa bermain gitar dan drum. Malah, ia sempat membuat pengumuman "Dicari: BAND/ARTIS/PENYANYI INDIE" yang ia pasang di blognya. Pak Rahardjo seorang blogger juga ya. Irvan membuktikan bahwa jaringan nirkabel (Wi-Fi) ternyata tidak ada yang seratus persen aman dari serangan hacker. Ia mempraktikan bagaimana caranya seorang hacker masuk ke dalam satu jaringan di sebuah hotspot dan mengetahui aktifitas user yang sedang mengakses jaringan (internet). Kalau jaringan sudah bisa ditembus, berarti tingkat keamananan jaringan itu terbukti rendah atau tidak aman. Nah, hati-hati saja kalau mengakses internet dan melakukan transaksi keuangan di hotspot area. Setiap saat hacker bisa mencuri data Anda. Pengalaman Irvan dalam mengamati jaringan nirkabel di sekitar Jakarta, kebanyakan jaringan yang ada tidak dilengkapi dengan pengamanan yang memadai. Kalau tidak salah, Irvan menyebut angka 86% untuk jaringan yang tidak aman. Saya ingat angka itu terbalik dari angka 68% yang terkenal di kalangan blogger.

Michael bercerita banyak hal tentang pengalamannya mengujicoba jaringan nirkabel di beberapa kota di Indonesia, pengalamanmembangun usaha di bidang ICT, serta betapa orang-orang pintar ICT di Indonesia ini mampu mengakali peraturan pemerintah yang sering menghambat kemajuan ICT di tanah air.

Acara workshop hari ini boleh dibilang milik Onno W. Purbo, sebab acara diselenggarakan untuk meluncurkan sebuah buku yang ditulisnya. Onno (dan teman-temannya) beberapa tahun belakangan begitu gigih memperjuangkan supaya telepon internet bisa digunakan oleh masyarakat Indonesia secara luas. Dengan telepon ini, biaya komunikasi menjadi jauh lebih hemat ketimbang menggunakan telepon biasa. Karena itu ia menulis buku VoIP Cikal Bakal Telkom Rakyat, yang berisi panduan lengkap untuk membangun jaringan telepon berbasis internet ini. Ia mempraktikkan langkah-langkah untuk membangun telepon internet. Memulai presentasi dengan praktik berkomunikasi dengan menggunakan telepon internet dan menghubungi 2 buah handphone yang dipegang oleh 2 orang peserta workshop. Terbukti, dengan menggunakan teknologi internet, telepon bisa berfungsi dengan baik. Setelah itu presentasi dilanjutkan dengan penjelasan tentang perangkat apa saja yang dibutuhkan, software apa saja yang dipakai, serta bagaimana menyeting (setup) semua perangkat (hardware dan software).

Saya Senang, bertemu dengan orang-orang hebat, pengetahuan jadi bertambah, dapat suasana berbeda dengan kantor yang selalu diburu tenggat. Tak kalah penting, saya bertemu dengan teman lama waktu kuliah dulu.

Sekitar sebulan lalu saya mencoba nyetting VoIP di kantor. Masih belum berhasil, karena saya hanya mendapatkan informasi dari VoIP Rakyat. Isi website ini pun belum semua saya pelajari. Lagi pula tidak ada waktu cukup untuk belajar dan mencari referensi lainnya. Inilah resiko yang saya alami bekerja di lembaga yang nyaris tidak ada waktu santai sekedar searching di Google atau membaca isi mailis yang jumlahnya 30-an itu. Saya berterima kasih sekali pada para pembicara pada workshop ini, karena saya jadi tahu bahwa apa yang saya ketahui masih jauh dari yang seharusnya saya dapat dan butuhkan. Intinya, saya memang harus belajar lebih banyak lagi.

0 comments

Post a Comment